Kitab Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經) Bab-28

Kitab “Zhuangzi” juga dikenali sebagai Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經 ), atau dipendekkan Nan Hua Jing ( 南華經 ) adalah kitab yang mengandungi pandangan dan ajaran beliau.
Kitab ini terbagi dalam tiga buku yaitu : Bahagian Asli, Bahagian Luaran serta Bahagian Umum; semuanya mempunyai 33 Bab. Bahagian Asli adalah hasil tulisan beliau sendiri, Bahagian Luaran adalah hasil pengikut yang mencatatkan kisah Zhuangzi dan Bahagian Umum adalah hasil pandangan pengikut beliau.
Bab 28 : Hidup penuh pengertian
Ayat 1 : Alam Kebijaksanan
Manusia yang tenaga kebaikannya kuat mempunyai kekuatan gaib. Bila pegunungan terbakar, ia tak merasa panas. Bila sungai membeku, ia tak kedinginan. Badai yang menggoncang pegunungan dan topan yang melanda lautan tak membuatnya panik.
Ia memanfaatkan tenaga udara mengelilingi matahari dan bulan dan bertualang ke seluruh dunia dan luarnya. Ia menyatu dengan proses alam, karena itu hidup dan mati tak mempengaruhinya. Keuntungan dan kerugian yang terjadi tak dipikirkannya.
Tak ada kebenaran dan kesalahan yang pasti di dunia ini, karena itu kebijakan hanya terdapat dibalik kepentingan keduniawian, seperti halnya dengan hidup dan mati.
Jadi manusia yang mempunyai tenaga kebaikan akan mempunyai pertahanan diri yang sangat mirip dengan kekuatan gaib. Bukan berbuat baik terus-menerus meskipun dibalas kejahatan dan bukan berbuat seperti orang yang merasa paling baik. Tetapi harus berpikir dahulu dan melihat apa yang terjadi, bertindak sesuai keadaan. Meskipun orang berkata kita telah berbuat jahat, tetapi kalau itu baik untuknya lakukan saja.
Kebenaran akan muncul dengan sendirinya tanpa bisa ditutupi. Bila ia dapat menyatu dengan alam, maka ia akan seperti transparan dalam keadaan apapun dan ia akan berusaha tenang dan menenangkan dirinya meskipun dalam keadaan kacau. Ia akan tetap tenang dan tak mencari perhatian orang lain bila dalam keadaan yang acuh tak acuh / tanpa ada yang memperhatikan dirinya. Bila ia diancam dan di tekan, maka ia akan berusaha tetap tenang.
Ia dapat sehangat api unggun dimalam yang dingin dan sedingin salju di gunung himalaya. Dengan kekuatan pengendalian dirinya, ia tak pernah menyesali apa yang ia perbuat dan putuskan serta selalu bersiap-siap menanggung akibatnya.
Ayat 2 : Penangkap Jangkerik
Dalam perjalanan ke negeri Chu, Kong Hu Cu melewati sebuah hutan dan melihat seorang orang tua sedang menangkap jangkerik dengan ujung bambu semudah menungutinya dengan tangannya. Kemudian Kong Hu Cu turun dan bertanya kepada orang Tua itu : Apakah anda melakukannya dengan suatu metode menurut Tao.
Kakek itu berkata : Saya menangkap jangkerik menurut ajaran Tao.
Lalu kakek itu bercerita : Selama lima / enam bulan, saya berlatih dengan dua peluru sampai keduanya tak jatuh dan saya hanya gagal menangkap beberapa ekor saja. Setelah berhasil menggunakan cara itu dengan tiga peluru, saya hanya kehilangan satu dari 10 jangkerik. Setelah berhasil dengan 5 peluru, saya menangkap jangkerik seperti memungutinya saja.
Ketika sedang menangkap jangkerik, tubuh saya tegak dan tak bergerak seperti batang pohon dan ketika mengikat tongkat bambu ini, lengan saya diam seperti cabang pohon. Pada saat itu saya tak memperhatikan keadaan maupun benda-benda di sekitar saya, kecuali sayap jangkerik itu. Tak ada yang dapat mengalihkan perhatian penuh saya pada jangkerik itu, jadi bagaimana saya bisa gagal dalam tugas ini ?
Kong Hu Cu berkata kepada muridnya : Para murid, camkan hal ini dalam benakmu. Bila perhatian tak tergoyangkan segala tujuan akan tercapai.
Bagi pengikut Tao tak ada diri sendiri maupun yang lain, pikiran yang tak mendua ini bertemu dan menyatu dalam suatu perwujudan. Perwujudan ini memasuki pikiran, tapi pikiran tak terpengaruh olehnya, inilah tingkat kesatuan besar.
Ada pepatah yang mengatakan : Bila kita bisa berdiri seperti batu karang pada waktu yang sangat lama dan dapat mengikat kera nakal didalam pikiran kita, maka kita dapat melihat satu objek tanpa melihat yang ada di sekitarnya. Kita akan bisa berbuat sesuka hati dan melakukan sesuai dengan pikiran kita, tanpa ada yang mempengaruhi serta beriaksi sesuai keadaan tanpa harus berpikir dahulu.
Orang seperti ini akan sulit dikalah kan karena ia tahu apa itu serangan asli / tipuan. Ia bisa sehangat api unggun di malam yang dingin dan sedingin salju digunung himalaya.
Ayat 3 ; Orang Kapal Yang Bersemangat
Yan Yuan berkata kepada Kong Hu Cu : Ketika saya menaiki perahu, tukang perahunya membawa seolah-olah ia menyatu dengan perahunya dan saya bertanya kepada tukang perahu itu : Dapatkah orang mempelajari cara mengemudikan perahu seperti anda ?
Tukang perahu itu berkata : Ya, perenang yang baik bisa mempelajari lebih cepat, tapi seorang penyelam tanpa melihat perahunya pun ia akan dapat mengemudikannya dengan tangkas.
Yan Yuan berkata : Saya bertanya lebih jauh tapi ia tak menjawab. Dapatkah Guru menjelaskan apa maksudnya ?
Kong Hu Cu berkata :
Perenang yang baik dapat memperoleh kemampuannya dengan cepat, karena ia tak takut air. Penyelam yang tak melihat perahu, mampu menangani dengan tangkas karena mereka melihat air yang mengelora seolah-olah tanah yang datar dan perputaran perahu seperti gerobak yang meluncur mundur.
Perputaran perahu tak mempengaruhi semangatnya, karena itu ia mampu menanganinya dengan berani dan tenang. Bila hadiah diberikan berupa barang tembikar, pemanah akan berusaha dengan segala kemampuannya. Bila hadiah diberikan berupa gasper kuningan ia akan memanah dengan ragu-ragu. Bila hadiahnya emas, ia menjadi gugup dan lupa cara memanah yang baik.
Kemampuan pemanah dalam ketiga kejadian itu sama, tapi pada dua kejadian terakhir ia terpengaruh oleh keuntungan dan melihat hadiah yang disediakan sebagai hal yang sangat penting. Mereka yang menganggap penting penampilan luarnya, akan memperlihatkan kebodohannya.
Perenang melupakan air dan menyatu dengan air. Bila pikiran seseorang dipengaruhi hal-hal lain, maka ia akan terbelenggu dan tak akan dapat berpikir dengan tenang. Karena itu dikatakan bahwa orang yang tiap hari memikirkan hal yang baik adalah orang Tao dan bukan seperti orang bodoh yang dijahati dan dipermainkan orang lain, tak berusaha menghindari dan menjauhi. Tetap tenang dan bisa memikirkan hal-hal yang positif serta menjauhi pengaruh yang menyebabkannya berpikir negatif.
Ayat 4 : Persembahan Korban
Perwira jaga pada sebuah upacara korban berkata kepada hewan korbannya : Mengapa kau harus takut mati ? Aku akan memberimu makan biji-bijian yang baik selama 3 bulan. Kemudian selama !0 Hari aku akan menjagamu dan puasa selama 3 hari.
Akhirnya aku akan meletakkan tubuhmu di meja korban di ruang sembayang. Apakah itu tak cukup mulia ? Setelah beberapa saat perwira itu mencoba memikirkannya dirinya pada posisi hewan korban itu dan pikirannya pun berubah. Ia berkata : Aku percaya bahwa kamu akan lebih suka diberi makan dedak dan kulit padi asalkan dapat tinggal tenang dikandang.
Bila sesorang manusia dapat memikirkan kesejahteraan hewan korban, mungkinkah orang itu bersedia mengorbankan dirinya demi keuntungan diatas altar keduniawian ? Mungkin sekarang banyak orang yang seperti hewan korban itu. Ia hanya mencari keuntungan / nama besar dan keyenaran saja dalam hidupnya. Banyak orang yang berubah, mereka suka mengincar dan menjilat orang kaya hanya ingin mencari jalan cepat dalam mencari keuntungan / kekayaan, ia akan seperti serigala berbulu domba, pura-pura baik dan penurut tetapi ia dengan pintarnya mengambil dan kekayaan orang tersebut.
Ayat 5 : Perenang di Air Terjun
Kong Hu Cu sedang mengagumi sebuah air terjun besar yang suarannya mengemuruh. Ada seorang jatuh dari air terjun tersebut. Ketika Kong Hu Cu melihat itu ia berkata : Oh ! Ada orang terjun, cepat tolong dia.
Seorang pengawal berkata : Ya. Dan ia membuka bajunya mau menolong orang tersebut, tetapi begitu ia berada didekat sungai pengawal itu berkata : Ia sedang berenang, bukan bunuh diri.
Kong Hu Cu mendekati orang itu, ketika orang itu berada diatas tepi sungai dan ia bertanya : Kau berenang tanpa takut pada air deras, pandangamu tentang hidup itu sungguh luar biasa !
Si perenang itu berkata : Saya tak mempunyai pandangan hidup. Saya hanya mengikuti arus air dan tak melawannya. Hanya itu saja .
Jadi bagi orang Tao terkadang ia tak mempunyai pandangan hidup. Ia hanya mengikuti arus dan tak melawan arus, ia hanya mengikuti dan tak berpikir hal yang aneh-aneh. Tak punya pandangan dan tak punya teori . Tak punya rencana dan hidup apa adanya.
Ayat 6 : Pembuat Kaki Lonceng
Xin Qing mengukir kaki lonceng yang indah sekali bangsawan dari Lu bertanya kepadannya : Jenis keterampilan apakah ini ? Bagaimana tuan memperolehnya ?
Xin Qing berkata :
Pertama saya menyakinkan diri untuk tak membuang-buang tenaga. Setelah berpuasa selama tiga hari, saya tak memikirkan hadiah. Setelah berpuasa selama tiga hari lagi, saya tak berani berpikir untuk dipuji / disalahkan. Setelah berpuasa tujuh hari lagi, saya sudah tak memikirkan tubuh saya lagi.
Kemudian saya pergi kehutan untuk mencari pohon yang sesuai untuk tiang lonceng itu. Setelah ditemukan bentuk pohon yang sesuai dan sempurna maka gambaran tiang penopang itu pun muncul dalam bayangan saya, barulah saya kerjakan.
Xin Qing menyesuaikan diri dengan alam, sehingga ketika ia membuat kaki lonceng seolah-olah merupakan hadiah dari alam dan bukan pekerjaan manusia.
Ayat 7 : Melelahkan Kuda
Dong Ye Ji sangat suka mengendarai kuda. Sekali waktu ia memperlihatkan ketrampilannya kepada pangeran Zhuang, ia melakukan 100 putaran dengan kereta kuda pangeran itu.
Melihat itu Yan He berkata kepada pangeran Zhuang : Kuda Dong Ye Ji akan mengalami kesulitan.
Pangeran Zhuang bertanya : Apa betul begitu ?
Tak beberapa lama ada petugas memberi laporan dan berkata : Kuda Dong Ye Ji roboh di tanah !
Pangeran Zhuang bertanya kepada Yan He : Bagaimana kamu tahu mereka akan mendapat kesulitan ?
Yan He berkata : Kuda itu tenagannya terbatas, bila kuda itu kehausan dan dipaksa maka pasti akan roboh.
Tindakan yang disengaja terlalu lama, tanpa disadari sering kali akan menghabiskan tenaga. Hasilnya akan sangat melelahkan dan merusak diri sendiri. Perbuatan yang penuh siasat dan aturan sangat melelahkan / apalagi apa yang di rencanakan dan diatur belum saatnya, sehingga hanya menjadi rencana saja tanpa ada pelaksanaannya. Itu sama dengan pintar berteori tanpa praktek.
Ada pepatah yang mengatakan : Apa yang terjadi hari ini adalah akibat masa lalu, apa yang terjadi masa depan adalah apa yang dilakukan hari ini. Jadi apapun yang terjadi di masa depan adalah hasil apa yang dilakukan hari ini. Bagaimana pun manusia merencanakan, bila tak ada yang dilakukan itu sama saja ia hanya bermimpi.
Ayat 8 : Kehidupan Yang Spontan
Jari-jari ahli menyatu dengan peralatannya, sehingga mereka dapat membuat bentuk persegi dan bulatan tanpa harus berpikir lagi.
Bila orang tak memikirkan kakinya, sepatunya akan enak dipakai. Bila orang tak memikirkan pinggangnya, ikat pinggangnya akan enak dipakai. Bila orang tak memikirkan benar / salah, pikirannya benar-benar akan tenang. Tapi bila orang tak memikirkan kedamaian pikiran itulah kedamaian sejati.
Pikiran tak perlu mencari kesatuan dengan yang lain, tak mencari kesatuan berarti sudah sesuai dengan alam. Tak merencanakan dan memikirkan aturan dan rencananya, maka kita akan sesuai rencana. Menjalani apa adanya dan tak mengikat dan memikirkan apa yang direncanakan orang lain, kita bisa bergerak bebas dan dapat menghindari perangkap orang lain. Kita akan merasa terbelenggu bila kita membuat aturan dan rencana yang belum saatnya dan terlalu mendetil. Pada saatnya rencana mau dilaksanakan perubahan terjadi dan kita tak bisa menerapkan rencana tersebut. Maka dari pada itu, jalani dahulu baru merencanakan secara detil bila rencana awal saja belum terlaksana.
Ayat 9 : Kemelaratan Zhuang Zi
Dengan memakai jubah yang penuh tembelan dan sandal rumput, Zhuang Zi menghadap Raja Wei dan Raja Wei berkata : Tuan, apakah taun sedang menderita ?
Zhuang Zi berkata : Ini kemiskinan bukan penderitaan. Memiliki kebijaksanan, tapi tak mampu mengubah dunia itulah penderitaan. Perhatikan kera yang gesit di pohon, ia sangat terampil berayun sehingga pemanah ahli sekalipun tak akan mudah menjatuhkannya. Bagaimanapun bila ia berada di atas tanaman yang berduri, ia tak berani berlari dan meloncat. Itu seperti saya, dilahirkan pada waktu kacau dan tinggal dalam sebuah rumah yang berduri.
Dalam hidup ini ada kemiskinan. Pada waktu keadaan sedang buruk, lebih baik menjadi orang miskin daripada menjadi orang yang menderita. Lebih baik bersikap tenang dari pada mencari masalah.
Bersambung ke : Kitab Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經) Bab 29

Leave a comment