Mutiara Ajahn Chah Dan Loa Zie

Bila Anda keluar dan menaruh api di rumah tetangga, api itu akan membakar. Bila
Anda menaruh api di rumah Anda sendiri, seperti hal sebelumnya, api itu akan
membakar. Jadi jangan menaruh api yang dapat membakar Anda, tidak peduli apa dan dimana.

Kita selalu merasa tidak puas. Dalam buah yang manis, kita merasa kurang asam; dalam buah asam, kita merasa kurang manis.

Bila Anda memiliki sesuatu berbau busuk dalam saku Anda, kemanapun Anda pergi tetap saja akan berbau busuk. Jangan salahkan tempatnya.

Orang selalu melihat ke luar, pada seseorang dan benda. Mereka melihat sebuah ruangan besar, sebagai contoh, lalu berkata, “Oh, ruangan ini sangat besar!” Sebenarnya tidak terlalu besar. Bagaimanapun terlihat besar, tergantung pada cara pandang Anda terhadapnya. Kenyataannya ruang besar ini memiliki ukuran semestinya, tidak besar maupun kecil. Orang, bagaimanapun juga, mengikuti perasaannya tiap saat. Mereka sangat sibuk mencari dan berpendapat tentang apa yang dilihat dan tidak memiliki waktu untuk melihat dirinya sendiri.

Jika anda masih merasakan KEBAHAGIAAN dan PENDERITAAN,

anda bukanlah seorang yg telah sempurna.
Sama halnya dgn memakan sepotong kue kesukaan anda,
tetapi sebelum anda menghabisinya,potongan kue itu jatuh.
Anda menyesalkannya bukan? Ketika merasa kesal, anda menderita bukan?
Jadi anda harus membuang kebahagiaan maupun penderitaan.
Itu hanyalah makanan bagi mereka yg belum sempurna.
Dalam kebenaran, kebahagiaan adalah penderitaan yg menyamar,
tetapi berada dalam bentuk yg sedemikian halus sehingga anda tidak merasakannya. Jika anda melekat pada kebahagiaan, sama saja dgn anda melekat pada penderitaan, tetapi anda tidak menyadarinya.
Jadi, berhati-hatilah ! Apabila kebahagiaan muncul, jangan terlalu menikmatinya, jangan hanyut terbawa olehnya. Ketika penderitaan muncul, jangan kecewa,
jangan menenggelamkan diri anda didalamnya pula.
Perhatikanlah bahwa kebahagiaan dan penderitaan mempunyai nilai yg sama saja.#Ajahn Chah.

Semua agama bagaikan berbagai jenis mobil yang bergerak menuju ke arah yang sama.
Orang-orang yang tidak melihatnya seperti ini,
Tidak memiliki cahaya di dalam hatinya.

~Ajahn Chah~

Jangan kecewa terhadap orang lain jika mereka berbeda dari Anda.
Akankah Anda marah jika melihat sebatang pohon yang pendek dan bengkok di tengah hutan karena tidak menyerupai pohon-pohon lain yang tinggi dan tumbuh lurus…?
Ini sungguh bodoh.
Jangan menghakimi orang lain.
Mereka sungguh bervariasi.
Tidak perlu memikul beban dengan menginginkan mengubah mereka semua.
Jika Anda ingin mengubah sesuatu, ubahlah kebodohan Anda menjadi kebijaksanaan.

Kondisi bukan milik kita. Kondisi mengikuti keadaan alam. Kita tidak dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh tubuh kita. Kita dapat mempercantiknya sedikit, membuatnya kelihatan menarik dan membersihkannya untuk sesaat, seperti remaja putri yang memoles bibirnya dan membiarkan kuku jarinya menjadi panjang, tetapi bila usia tua tiba, setiap orang akan mengalami hal yang sama. Itulah cara tubuh bekerja. Kita tidak dapat mengubahnya. Tetapi kita dapat mengembangkan dan mempercantik pikiran kita.

Bila tubuh kita sungguh-sungguh milik kita, tubuh ini akan mematuhi perintah kita. Bila kita katakan, “Jangan menjadi tua!” atau “Saya melarang kamu menjadi sakit”, apakah tubuh ini tidak akan mematuhi kita? Tidak! Tubuh ini tidak akan memperhatikan perintah kita. Kita hanya menyewa ‘rumah’ ini. Namun tidak memilikinya. Bila kita berpikir bahwa tubuh ini milik kita, maka kita harus meninggalkannya. Tetapi kenyataannya, tidak ada diri yang kekal. Segala sesuatu pasti akan berubah, tidak ada sesuatu yang solid, yang dapat kita pakai untuk berpegang.

Ada orang yang bertarung dengan kekotoran batin dan memenangkannya. Ini disebut berperang ke dalam. Mereka yang berperang ke luar membawa bom dan senjata, melempar dan menembak. Mereka dapat menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah cara dunia. Di dalam praktik Dhamma, kita tidak semestinya berperang dengan orang lain, tetapi ke dalam diri sendiri: taklukkanlah pikiranmu sendiri, bersabar menahan semua suasana hati dari dalam dirimu.

Pelajari diri Anda,
Bukan buku-buku. Kebenaran tidak ada di luar. Yang ada di dalam buku-buku hanya bahan hafalan, Bukan kebijaksanaan. Menghafal tanpa di sertai kebijaksanaan,
Bagaikan sebuah botol termos kosong.
Jika Anda tidak mengisinya,tidak akan ada gunanya.

Berapa lama pun kita menginginkan tubuh ini bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama,tidak akan mungkin terjadi. Menginginkan hal seperti ini adalah sebodoh mengharapkan bebek berubah menjadi ayam. Apabila kita melihat bahwa hal ini tidak mungkin terjadi,bahwa seekor bebek tetap akan berupa bebek,bahwa seekor ayam sepatutnyalah berupa ayam,dan bahwa tubuh adalah tubuh dan harus mengalami sakit dan kematian,kita akan menemukan kekuatan dan energi pada saat mengalami perubahan-perubahan tubuh.

Aliran air, danau, dan sungai yang mengalir turun ke samudra, ketika mereka mencapai samudra, semuanya mempunyai warna biru yang sama, mempunyai rasa asin yang sama.
Sama halnya dengan manusia: Tidak masalah dari mana mereka berasal, ketika mereka mencapai arus Dhamma,
semuanya adalah Dhamma yang sama.

Pohon, gunung, dan tanaman; semuanya hidup menurut kebenarannya sendiri. Mereka lahir dan mati mengikuti sifat alaminya; mereka tetap tenang. Tetapi manusia tidak. Mereka mengeluh terhadap semua hal. Tetapi tubuh hanya mengikuti sifat alaminya:lahir, tumbuh menjadi tua, dan akhirnya mati. Jika mengikuti sifat alami, dengan cara ini. Barang siapa berharap sebaliknya, maka orang tersebut hanya akan menderita.

Aliran air, danau, dan sungai yang mengalir turun ke samudra, ketika mereka mencapai samudra, semuanya mempunyai warna biru yang sama, mempunyai rasa asin yang sama.
Sama halnya dengan manusia: Tidak masalah dari mana mereka berasal, ketika mereka mencapai arus Dhamma,
semuanya adalah Dhamma yang sama.

Kemanapun Anda lari di dunia ini, pasti akan Anda jumpai penderitaan. Tidak ada jalan untuk meloloskan diri selama pikiran Anda masih berada di dalam dunia ini. Sama seperti ingin melarikan diri dari setumpuk bau kotoran dengan membagi-baginya menjadi kelompok-kelompok kecil. Dalam tumpukan yang besar maupun yang kecil, bau kotoran itu akan tetap tercium sama,dimanapun Anda berada.

Kebaikan dalam kata-kata menciptakan kepercayaan diri,
kebaikan dalam berpikir menciptakan kedalaman,

kebaikan dalam memberi menciptakan cinta.

~ Lao Zi ~

Andaikata kita memiliki sebuah benda yang sangat mahal.

Begitu benda tersebut menjadi milik kita,

Pikiran kita berubah,”Sekarang di manakah akan saya simpan benda ini..?”

Jika saya meletakkannya di sini, seseorang akan mencurinya.”

Kita mencemaskan diri kita pada situasi , mencoba menemukan tempat untuk

menyimpannya.Inilah penderitaan.

Dan kapan penderitaan itu timbul ?

Penderitaan itu muncul begitu kita memahami bahwa kita telah mendapatkan

Sesuatu. Di sanalah penderitaan ada.

Sebelum memiliki benda itu , tidak ada penderitaan.

Penderitaan itu belum muncul ,

Karena tidak ada benda yang membuat pikiran melekat.

Diri kita juga sama.

Jika kita berpikir dari sudut pandang “diri” ,

Segala sesuatu yang berada di sekitar kita akan menjadi “milik kita”.

Dan kebingungan datang menyusul.

Jika tidak ada “saya” dan “milik saya”,kebingungan tidak akan ada.

~ Ajahn Chah ~

Setelah mengetahui bahwa pembimbingnya, Chang Cong, sakit keras, Lao Tzu mengunjunginya. Terlihat jelas bahwa Chang Cong mendekati akhir hidupnya.

“Guru, apakah Guru mempunyai kata-kata bijak terakhir untukku?” Kata Lao Tzu kepadanya.

“Sekalipun kamu tidak bertanya, aku pasti akan mengatakan sesuatu kepadamu.” Jawab Chang Cong.

“Apa itu?” Tanya Lao Tzu

“Kamu harus turun dari keretamu bila kamu melewati kota kelahiranmu.” Kata Chang Cong

“Ya Guru. Ini berarti orang tidak boleh melupakan asalnya.” Kata Lao Tzu

“Bila kamu melihat pohon yang tinggi, kamu harus maju dan mengaguminya.” Ucap Chang Cong

“Ya, Guru. Ini berarti saya harus menghormati orang yang lebih tua.” Kata Lao Tzu

“Sekarang, lihat dan katakan apakah kamu dapat melihat lidahku,” kata Chang Cong, menundukkan dagunya dengan susah payah.

“Ya.” Jawab Lao Tzu

“Apakah kamu melihat gigiku?” Tanya Chang Cong

“Tidak. Tak ada gigi yang tersisa.” Jawab Lao Tzu

“Kamu tahu kenapa?” Tanya Chang Cong

“Aku rasa,” kata Lao Tzu setelah berpikir sejenak, “Lidah tetap ada karena lunak. Gigi rontok karena mereka keras. Benar tidak?”

“Ya, anakku,” angguk Chang Cong. “Itulah kebijaksanaan di dunia. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk di ajarkan kepadamu.”

Di kemudian hari, Lao Tzu mengatakan : “Tidak ada sesuatu pun di dunia yang selunak air. Namun tidak ada yang mengunggulinya dalam mengalahkan yang keras. Yang lunak mengalahkan yang keras dan yang lembut mengalahkan yang kuat. Setiap orang tahu itu, tapi sedikit saja yang mempraktekkan.

”Kebahagian orang memberi bukan brapa banyak barang yg kita beri,tapi kebahagian orang memberi yg sesungguhnya adalah brapa besar ketulusannya atas keikhlasannya.