Kitab Liezi (列子) Bag. 4

Kitab Liezi atau Lieh Tzu merupakan buku filsafat Tao yang menjelaskan mengenai Tao dan perubahan-perubahannya sepanjang sejarah, serta menjelaskan tentang penciptaan alam ini. Kitab Liezi atau Lieh Tzu, juga dianggap sebagai kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat. Kitab ini juga berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 SM sampai dengan 300 M).

Dalam karya yang aslinya, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian dipadatkan menjadi 8 bagian seperti yang dapat dijumpai saat ini. Lebih kurang 100 tahun, kitab ini tidak mendapat perhatian banyak oleh para pengikut Agama Tao, sebagaimana layaknya Kitab Tao Te Cing dan Kitab Chuang-tzu.

Ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab ini dianggap hanya untuk memahami Agama Tao pada masa negeri-negeri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han.

Kitab ini sampai ke generasi kita sekarang ini karena jasa besar seorang Cendekiawan dari dinasti Chin Timur, yang hidup pada tahun 317 sampai dengan 420. Dialah yang berjasa menyunting dan memberi komentar kitab ini sehingga menarik untuk dibaca orang banyak. Jika tidak ada usaha keras dari dia, maka barangkali kita sudah tidak akan menemukan kitab ini dan selamanya tidak akan tahu isinya.

Liezi Ching
Bab 4 :
Ayat 1 :
Perdana menteri negara song mengunjungi Konfusius dan ia bertanya : Apakah anda orang bijak.
Konfusius berkata : Mana bisa aku mengaku orang bijak ? Aku hanya orang yang belajar dan mengingat banyak hal.
Perdana menteri itu bertanya : Apakah ketiga raja adalah orang bijak ?
Konfusius berkata : Ketiga raja adalah orang arif dan berani aku tak tahu apakah mereka orang bijak.
Perdana menteri itu berkata : Apakah kelima kaisar orang bijak ?
Konfusius berkata : Kelima kaisar sangat bermoral, aku tak tahu apakah mereka orang bijak.
Perdana menteri itu bertanya : Apakah ketiga orang agung bijaksana ?
Konfusius berkata : Ketiga orang agung dapat menyesuaikan diri dengan jaman, aku tak tahu apakah mereka orang bijak ?
Perdana menteri itu bertanya : Jadi menurut mu siapa orang bijak itu ?
Konfusius berkata : Diantara penduduk daerah barat ada seseorang bijak, ia tak memerintah, tapi tak ada kekacauan, tak berbicara tapi dipercayai. Tak mengubah apapun, tapi mempengaruhi secara spontan. Demikian agungnya dia, sehingga tak satupun dari pengikutnya yang dapat memberi nama padanya. Aku menganggapnya sebagai orang bijak, tapi aku tak tahu apakah ia benar-benar ada / tidak.
Perdana menteri itu berpikir : Aku telah di bohongi oleh Konfusius.
Orang bijak biasanya adalah seseorang yang dianggap bijak oleh orang lain. Jika seseorang mengaku / mencari pengakuan bahwa ia bijaksana dan melayani masyarakat dan bangsa, ia sebenarnya mencari keuntungan sebenarnya. Tidak ada didunia ini orang yang benar-benar bijak, yang ada orang yang belajar jalan kebijakan.
Jalan kebijakan tidak akan pernah dapat diselesaikan, tetapi dengan berjalan di jalan tersebut kita akan tahu jalan kebenaran. Jalan kebenaran akan menghasilkan kebijakan sejati.
Kebijakan sejati akan menghasilkan penilaian dan selalu mencari bagaimana, mengapa, kenapa dan sebab apa suatu masalah terjadi.
Tetapi apakah orang bijak dapat mencegah / menangulangi / menyelesaikan masalah orang yang penipu / egois / menafik / fanatik ? Apalagi kalau masalah itu sudah tak dapat diatasai lagi / terlambat mengatasi ?
Ada pepatah yang berkata : Bila terjadi kekacauan besar, maka diperlukan pahlawan.
Bila terjadi kekacaan kecil, maka diperlukan penegak hukum.
Bila kekacauan dimana-mana, maka orang paling bijakpun akan melihat dan tak bisa berbuat apa-apa.
Maka selesaikan masalahmu dan jangan suka mencari masalah, jadilah orang yang tidak mencari masalah, itu adalah inti dari kebajikan.
Ayat 2 :
Zi Xia bertanya kepada Konfusius : Guru orang seperti apa Yan Hui ?
Konfusius berkata : Kebaikannya melebihi diriku.
Zi Xia bertanya kepada Konfusius : Guru, bagaimana dengan Kang ?
Konfusius berkata : Kepandaiannya melebihi diriku.
Zi Xia bertanya kepada Konfusius : Guru, bagaimana dengan Zi Lu ?
Konfusius berkata : Keberaniannya melebihi diriku.
Zi Xia bertanya kepada Konfusius : Guru, bagaimana dengan Zi Zhang ?
Konfusius berkata : Martabatnya melebihi diriku.
Zi Xia bertanya : Lalu mengapa keempatnya melayanimu ?
Konfusius berkata : Tenang, akan kujelaskan. Yan Hui memang baik, tapi tak bisa memeriksa gerak hati yang tidak baik. Zi Kang mang pandai, tapi tak bisa menjaga mulutnya. Zi Lu memang berani, tapi tak berhati-hati. Zi Zhang memang bermartabat, tapi tak bisa ramah dalam pergaulan. Walaupun aku dapat memiliki seluruh sifat-sifat keempat orang itu, aku tak sudi menggantinya dengan sifatku. Itulah sebabnya mereka melayaniku tanpa pamrih.
Sang guru memelihara posisinya di antara murid-muridnya, terutama karena visinya lebih tinggi. Bagaimanapun sifat murid-muridnya, mereka tak akan mampu mengungguli kearifan gurunya. Meskipun keempat muridnya mempunyai kelebihan, tetapi mereka tak bisa mengendalikan dirinya, itulah sebabnya mereka mengikuti Konfusius. Jadi, tak ada murid yang dapat melebihi kearifan gurunya, yang ada hanya bisa melebihi satu kelebihan gurunya.
Ayat 3 :
Suatu ketika Liezi duduk bersama gurunya. Gurunya bertanya : Liezi, kamu senang mengembara, katakan padaku mengapa kamu senang mengembara.
Liezii berkata : Keriangan pengembara adalah bahwa semua hal yang memikat tak pernah sama. Orang lain mengembara untuk memikirkan pemandangan, tapi aku mengembara untuk memikirkan perubahan benda.
Gurunya berkata : Bukankah pengembaraanmu sama dengan pengembaraan orang lain ?
Apapun yang kita lihat, selalu tampak berubah. Kamu terpesona terhadap benda yang tidak pernah sama. Tapi kamu sendiri tidak pernah tahu bahwa kamu sendiri tidak pernah sama.
Kamu menyibukan dirimu dalam pengembaraan luar dan tak tahu bagaimana melakukan perenungan dalam. Dengan pengembaraan luar, kita mencari kekurangan kita. Sementara dengan perenungan dalam, kita dapat menemukan kelengkapan di dalam diri kita. Yang terakhir yang sempurna, yang pertama adalah pengembaraan yang tak sempurna.
Setelah mendengar ajaran gurunya Liezi berhenti mengembara.
Orang yang mengembara karena tertarik oleh keindahan luar, akan merasa sedih dan gembira terhadap apa yang dilihatnya. Ia tidak akan pernah benar-benar merasa puas akan pengembaraannya. Jati diri tidak akan bisa terbentuk dari melihat keadaan diluar, tanpa mau mengenal, mengendalikan, mengoreksi dan memperbaruhi dirimu.
Kamu ibaratnya mencari hal yang akan kamu tolak sendiri, kalau kamu terlalu mencari jati dirimu diluar, maka kamu akan memaksakan dirimu menjadi orang lain. Kalau kamu memaksakan dirimu menjadi orang lain, maka kamu akan terus-menerus melawan dirimu sendiri.
Kalau kamu melawan dirimu sendiri, maka kamu mudah terbaca. Kalau kamu mudah terbaca, bagaimana kamu bisa menutupi dirimu. Kalau kamu tidak bisa menutupi dirimu sendiri, kamu akan seperti anak kecil yang berusaha menjadi dewasa.
Kalau kamu seperti itu, sebelum kamu bergerak kamu akan ketahuan dan jangan harap bisa menang. Kalau ini terjadi, meskipun kamu menjaga ketat rahasiamu, kamu sendirilah yang akan membocorkannya.
Pengalaman adalah guru yang baik, kesalahan adalah pengalaman yang paling berharga.
Dengan mengoreksi kesalahan, kita memahami kebenaran.
Dengan memahami kebenaran, kita tidak akan mengulangi kesalahan.
Dengan tidak mengulangi kesalahan, kita akan merasakan kebahagiaan.
Jadi jangan berpatok pada pengalaman, tetapi jangan melupakan pengalaman. Itulah awal dari kedewasaan.Salam kebajikan
Bersambung ke : Bagian 5